Selamat Harlah NU ke-94 Masehi

SUDAHKAH KITA MENJADI NU YANG KAMIL DAN SYAMIL? 

Selamat Hari Lahir NAHDLATUL ULAMA (NU) ke-94. Semoga tetap di hati setiap orang yang mendamba kedamaian dan kebahagiaan hakiki dalam kehidupan yang berbhinneka.  Amin.  

Aku lagi mikir-mikir, apa sih kriteria ideal seseorang menjadi nahdliyyin dan nahdliyyat yang kamilah dan syamilah? Lalu,  aku inget-inget kembali sejumlah materi yang sering disampaikan dalam pengakaderan NU. 

Muncul 9 aspek di bawah ini. Semoga bisa dijadikan ukuran (parameter), seberapa karat kah NU kita ini? 24 karat, 20 karat, atau hanya sepuhan saja (he.. He..). Monggo dikritisi. Ini hanya muraja'ah saja.  

Seseorang menjadi NU yang kamil dan syamil, apabila memenuhi 9 aspek di bawah ini:

1. Dalam bidang aqidah meyakini pandangan-pandangan Imam Abu Hasan al-Asy'ari (874-936 M) dan Imam Abu Manshur al-Maturudi (853-944 M).  

2. Dalam bidang fiqh mengikuti pandangan dan amalan salah satu dari 4 madzhab: Imam Abu Hanifah (699-767 M),  Imam Malik bin Anas (711-795 M),  Imam Muhammad Bin Idris asy-Syafi'i (767-820 M),  dan Imam Ahmad Ibnu Hanbal (780-855 M). 

3. Dalam bidang tasawwuf mengikui pandangan dan amalan Imam Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111 M)  dan Imam al-Junaid al-Baghdadi (830-910 M).  

4. Dalam kehidupan sosial menganut prinsip dasar tawassuth wa i'tidal (moderasi dan konsistensi),  tasamuh (toleransi), dan tawazun (keseimbangan), serta berlandaskan pada nilai-nilai mabadi' khaira ummah, yakni ash-shidqu (kejujuran),  al-amanah wal wafa' bil 'ahdi (amanah dan memenuhi janji), al-'adalah (keadilan),  at-ta'awun (solidaritas), dan al-istiqamah (berkelanjutan).  

5. Dalam kehidupan politik menyetujui dan memperjuangkan  PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI,  dan UUD 1945).

6. Dalam laku kebudayaan mengikuti strategi dakwah dan mu'amalah Walisongo (Walisepuluh, plus Gus Dur), yakni menghargai kearifan tradisi, sederhana, dan menyatu dengan kenusantaraan.  

7. Dalam kehidupan ekonomi berorientasi pada keadilan sosial (al-'adalah al-ijtima'iyyah), kemaslahatan rakyat (mashalih ar-ra'iyyah), dan memberdayakan kelompok  rentan dan tertindas (dlu'afa dan mustadl'afin). 

8. Dalam rutinitas keagamaan mengamalkan di antara hal-hal berikut: tahlilan, ziyarah qubur, marhabanan, barzanji, wiridan, sholawatan, manaqiban, hadiyuwan, istighotsah, qunut, tarawih 23 rakaat, selametan, haul, muludan, rajaban, syawalan, muharraman, di masjid/musholla pake bedug dan kentongan, dan sejenisnya.  

9. Dalam berpakaian sehari-hari mengikuti cara pakaian yang kenakan masyarakat Nusantara, misalnya sarungan,  peci dengan keragamannya, blangkon, batik, songket, bakyak/teklek, mukenah, dan sejenisnya.  

Dengan 9 kriteria ini, Nahdliyyin dan Nahdliyyat yang kamilah dan syamilah, pasti:
1. Tidak korupsi dalam segala jenisnya. 
2. Tidak melakukan kekerasan dalam segala bentuknya, termasuk kekerasan terhadap perempuan dan anak. 
3. Tidak membuat dan menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian. 
4. Tidak menumpuk-numpuk harta kekayaan untuk kesenangan dunia. 
5. Tidak mengganggu, apalagi mendiskriminasikan, orang lain yang berbeda agama, keyakinan, suku, ras, bahasa, warna kulit, jenis kelamin, orientasi seksual, pilihan politik, organisasi, dan lain-lain.
6. Tidak mudah mengkafirkan dan menyesatkan orang lain.  
7. Tidak menentang kebudayaan lokal dan anti budaya asing. 
8. Tidak merusak alam dan lingkungan hidup.  
9. Tidak melakukan kemaksiatan, kemungkaran, dan kezaliman.  

Wallahu a'lam bi ash-showab.  

Harlah NU ke-94, 31 Januari 2020
@marzukiwahid

Komentar

Postingan Populer