Sifat "Khumul" Sang Wali Allah


Berbeda dengan orang kebanyakan yang sibuk melakukan pencitraan. Apalagi yang menjadi Caleg, Capres, Cagub, Cabup atau Cawali, agar orang yang tidak kenal mengenal dan memilihnya memasang baliho besar-besar

Wali Alloh justru bersikap khumul (menjauhkan diri dari berprilaku yang memungkinkan dikenal orang lain). Bahkan berpura-pura  gila agar orang tidak mengenal dan menjauhinya. Wali Alloh senantiasa menyembunyikan kewaliannya. Jika terpaksa diketahui, dianggapnya sebagai musibah besar yang banyak Wali Alloh tidak sanggup menanggungnya. Seperti Eyang Tsamud yang berpura-pura gila dan  hari-harinya berada dipasar Mbulu, Karangayu, Kendal ketika kewaliannya diketahui orang berseru : 'Ya Alloh, aku tidak sanggup,  kini telah ada yang tahu siapa aku,  aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup didunia"

Suatu ketika KH Abdul Hamid Pasuruan kedatangan tamu orang Kendal. Kiai Hamid pada tamunya titip salam agar disampaikan kepada Eyang Tsamud di Pasar Mbulu Kendal

Sitamu kaget serta : "Gak salah Nyai berkirin salam kepada orang gila?" Yang dijawab Kyai Hamid, "Beliau itu wali besar yang n jaga Kendal. Rahmat Alloh turun dan bencana dapat ditangkis, itu berkat beliau"

Setelah pulang ke Kendal orang itu segera menemui Eyang Tsamud dan menyampaikan salam dari Kiai Hamid. Setelah menjawab salam Kiai Hamid Eyang Tsamud berteriak dengan keras : "Kurang ajar si Hamid. Aku bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui kok malah dibocor-bocorkan". Selanjutnya beliau berseru Laa Ilaaha IllaLloh Muhammadar Rosululloh, lantas wafat

Ada lagi cerita yang disampaikan KH Said Agil Siraj saat sama Gus Dur pada 1997 beliau berhaji bersama. Di Masjidil Haram Gus Dur mengajak Kiai Said menemui seorang Wali Besar. Ketika sudah bertemu dengan Wali itu Kiai Said memperkenalkan diri "Dan ini teman saya namanya Abdurrohman Wahid, Ketua Organisasi terbesar se Asia Tenggara". Orang yang katanya wali itu tersenyum sambil menganggukkan kepala, lalu ngloyor pergi sambil berkata_kata sendiri " Salah apa, dosa apa aku sehingga kedudukanku diketahui orang lain".

Begitulah memang tidak ada yang tahu bahwa seseorang itu wali, kecuali yang tahu itu wali juga. Sebagaimana disebutkan sebuah atsar "Laa ya'riful waliyy illal waliyy". Semenjak itu KH Said Agil Siraj meyakini jika Gus Dur mempunyai derajat wilayah (kewalian). Sama seperti KH Hamid Pasuruan yang mengetahui kalo sopir yang mengantar beberapa tamunya adalah seorang wali. Ketika tamu_tamu berpamitan dan meminta didoakan, seorang tamunya diminta memanggilkan sisopir agar disuruh masuk. Syahdan Kiai Hamid meminta sopir tersebut yang memimpin doa

Tamu_tamunya sama heran mengapa sopir yang diminta berdoa, tidak mungkin Kiai Hamid menyuruh seseorang memimpin doa kecuali orang itu memiliki kelebihan. Ya si sopir itu adalah KH Muhsin Syafi'i Maqbul, Bululawang Malang yang mengantar beberapa orang jamaah sowan KH Hamid Bin Abdulloh Umar Pasuruan.

Komentar

Postingan Populer